Artikel ini ditulis untuk SLF (Still Life Food Photography) Group.
* note: Artikel ini bukan ditulis oleh 'profesional photographer' ataupun 'profesional food stylish'. Saya hanyalah 'food blogger' yang berusaha menghasilkan foto-foto yang stylish dan enak dilihat serta berusaha menulis dengan kata-kata yang (mudah-mudahan) enak dibaca dan mudah dimengerti. Tulisan ini saya buat untuk 'sharing' berdasarkan pengalaman saya yang terbatas. Saya berusaha untuk menggunakan bahasa Indonesia yang baik, tetapi 'maaf' jika banyak istilah yang tidak sesuai EYD. Mudah-mudahan tulisan ini berguna dan mudah dimengerti. ~ Vania.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Saya teringat, suatu saat salah seorang rekan yang pernah mengajari saya 'Basic Photography' mengatakan, sebaiknya kalau di hadapan kita terdapat banyak objek yang ingin kita potret, cobalah untuk memilah-milah objek tersebut. Usahakan memotret objek yang banyak tersebut dalam beberapa frame, sehingga tidak terjadi 'distaction' (pengalihan perhatian (?)).Mungkin apa yang beliau katakan itu ada benarnya. Tetapi menurut saya ada pula kondisi di mana kita perlu memotret banyak objek dalam satu frame, dengan tujuan agar foto yang kita hasilkan bisa bercerita sesuai dengan yang kita harapkan.
Memotret banyak objek dalam satu frame bukanlah hal mudah dilakukan. Buat saya pribadi, hal tersebut memerlukan persiapan yang sedikit lebih rumit dan lebih lama dibandingkan dengan memotret 'single' objek ataupun beberapa objek yang kita letakkan bersama di tengah frame foto. Di saat yang bersamaan kita akan berperan sebagai 'photographer' dan 'food stylish'. Tidak jarang saat tombol rana sudah nyaris tertekan, tiba-tiba kita melihat ada yang kurang pas dalam komposisi objek yang akan dipotret. Tidak ada pilihan lain, kita akan bolak-balik antara objek dan kamera.
:: pic. 1
Pada foto di atas (yang merupakan entry saya untuk SLF-11 lalu), mungkin teman-teman bisa melihat bahwa untuk menghasilkan foto terakhir tersebut, ada proses yang perlu dilewati, hingga akhirnya saya cukup puas dengan jepretan terakhir tersebut. Komposisi, warna, crafting, cahaya, dan sudut pemotretan adalah bagian yang perlu secara detail diperhatikan. Sesuatu yang saya pun masih perlu banyak sekali belajar.Berikut ini saya akan berbagi (bukan mengajari) mengenai tahapan yang biasanya saya lakukan dalam memotret banyak objek dalam satu frame;
1. Menentukan objek-objek yang akan difoto berdasarkan tema yang telah ditentukan. Contoh : Tema : Chinese Food. Kemudian tema yang cukup luas cakupannya ini coba kita persempit. Saya milih untuk memotret 'DIM SUM for TWO'. (cocok sekali untuk suasana valentine dan imlek kan :)).
:: pic. 2
Pertama-tama saya mengeluarkan props yang sesuai tema (bisa semua kepunyaan saya, tapi tidak jarang saya meminjam kepunyaan ibu saya). Semua props tersebut saya saya pisahkan di meja yang akan saya pake mejadikan alas pemotretan. Tidak jadi masalah, apakah props yang telah dikeluarkan akan terpakai semua atau tidak. Selain props, siapkan makanan apa yang ingin disajikan (syukur-syukur bisa bikin sendiri, kalau tidak-kan beli juga diizinkan di sini). Untuk keperluan pemotretan kali ini, saya mengeluarkan props yang cocok untuk menyajikan 'dim sum', mulai dari kukusan bambu, sumpit, beserta piring, gelas dan taplak meja.
2. Atur props yang sudah disiapkan sesuai setting yang diinginkan/diharapkan.
:: pic. 3
Sesuai tema, saya menyusun 'seolah-olah' meja ini akan digunakan untuk sarapan dua orang, dengan menu 'dim sum'. Biasanya saat menyusun props ini saya lakukan, makanan masih belum disajikan (agar saat pemotretan makanan masih dalam kondisi prima). Tetapi sudah terbayang kira-kira di piring ini makanan apa yang akan diletakkan, atau di gelas yang itu jenis minuman apa yang akan dituangkan. Juga dengan peralatan pelengkap lainnya seperti sendok, garpu, serbet, taplak atau mungkin ada yang terbiasa meletakkan bunga dan hiasan pelengkap lainnya. Aturlah sesuai 'pakem'. Di mana piring, gelas, sumpit (yang pasti diletakkan di sisi kanan) dst.
~ Warna & Background. Saran saya, pilihlah props yang senada dan background yang tidak terlalu ramai. Kenapa? karena objek yang ditampilkan banyak, dan agar objek satu dengan yang lainnya saling 'nyambung' harus ada 'pemersatu'. Bisa bentuk objeknya yang 'senada' (misalnya : pengulangan bentuk lingkaran, kotak dst), atau warna yang seirama. Background pun demikian, dengan objek yang sudah banyak itu, bila ditambah dengan background yang 'heboh', akan sulit membuat objek foto kita menjadi 'lebih penting'.
3. Mulailah mengisi 'props' yang telah disiapkan dengan makanan.
:: pic. 4
Setelah props berada di tempat masing-masing, mulailah kita meletakkan makanan, juga mengisi gelas (kalau ada) dan mengisi bagian-bagian kosong lainnya. Kalau memungkinkan, belajarlah untuk memberi sentuhan khusus pada makanan tersebut. Misalnya diberi pita/kucai atau di alas daun atau ditaburi sesuatu (sprinkle, bawang goreng, 'herbs' dll). Hal-hal semacam ini pun saya sering kelewatan, saking banyaknya hal yang harus dipersiapkan/dipikirkan. (*sebenarnya saya ingin lumpia kecil itu diikat kucai (~chives), tapi... tidak punya stok)
:: pic. 5
**seperti inilah suasana di belakang layar :))
Gunting, menjadi barang penting saat menyusun props dan makanan. Taplak meja saya hanya muat 1/2 dari ukuran meja :(
4. Memotret!
Yup, sampai juga kita ke tahapan yang paling dinantikan. Saya tidak akan menulis banyak tentang teknik pemotretan di sini, karena saya tahu teman-teman sudah cukup lihai dalam urusan ini. Hanya ada beberapa tips yang ingin saya bagikan;
~ Angle. Sebenarnya tidak ada aturan khusus tentang pengambilan sudut dalam memotret. Yang standar adalah sejajar objek, 45 der, atau 90 der. Tetapi jika memang objek tersebut lebih enak dipotret pada sudut 30 atau 70 der, kenapa tidak. Pada prinsipnya carilah sudut yang memungkinkan objek utama bisa dinikmati (~terlihat) dengan baik, tidak tertutup objek pendukungnya. Sekarang yang nge'trend' di sebut-sebut yaitu bird eye view (pandangan mata burung), yang bisa diartikan objek dilihat dari ketinggian, dari atas. Beberapa orang mengartikannya harus 90 der, menurut saya; burung tidak selalu melihat dengan sudut 90 der, jadi bisa 70 atau 80 der juga. Untuk 'kasus' dengan objek yang banyak dalam 1 frame ini, saya biasanya memilih untuk memotret dengan bird eye view. Kali ini agak sulit untuk saya jika harus memotret tepat 90 der, karena saya tidak mungkin memotret tepat di tengah kumpulan objek tersebut. Saya memilih sudut 70-80 der, dengan alasan objek akan lebih terlihat bentuk 3 dimensinya. Dengan 'bird eye view' ini, akan memungkinkan kita untuk menampilkan masing-masing objek yang banyak itu secara utuh, tanpa tumpang tindih.
:: pic. 6 : ISO-320, f/7.1, 1/30sec, no flash, no tripod (need strong biceps & lung :D)
Biasanya saya akan memotret dari beberapa sudut lain, sekedar untuk dibandingkan hasilnya. Syukur-syukur kalau lebih baik. Saran saya, cobalah cari sudut yang memungkinkan objek-objek yang banyak itu tidak saling menghalangi. Kalaupun ada tumpang-tindih, buatlah sehalus mungkin, sehingga objek yang dibelakang tetap terdeteksi keberadaanya. Saat seperti inilah pemanfaatan DOF (Depth of Field) diperlukan.
~ Diafragma / F-stop. Seperti halnya sudut pengambilan foto, diafragma pun tidak ada aturannya. Semua tergantung pada kebutuhan, seberapa besar detail yang ingin diperlihatkan, dan disesuaikan dengan ISO dan 'exposure time' yang digunakan. Keseimbangan antara ketiga unsur ini yang perlu diperhatikan. Mungkin sering kali teman-teman berkomentar saat melihat suatu foto 'waah DOFnya (atau bokehnya) keren'. Hanya saja, saya sering kali melihat dengan bukaan/diafragma yang terlalu besar itu (dengan hasil DOF yang dahsyat itu, blur yang canggih, 'ruang tajam'nya sangat kecil), akhirnya banyak bagian dari dari objek dalam frame tersebut tidak bisa diindentifikasi jenisnya/bentuknya. Sehingga kita bertanya-tanya, apa itu, ada apa di situ (?). Jadi, apa gunanya 'memburamkan' objek yang telah kita tata hingga tidak bisa dikenali lagi? ~ini pendapat pribadi :)
:: pic. 7 : ISO-125, f/2.5, 1/160 sec, no flash, no tripod (need a stool & 2 cushions :))
5. Beberes, bebersih, ...
:: pic. 8
** ini adalah suasana di balik layar setelah pemotretan selesai. Maaf, 2 bantal itu seharusnya tidak perlu 'terfoto' :( Yang ingin saya ceritakan dari sini adalah, jika dibandingkan dengan 'Behind the Scene 1' terlihat beberapa perubahan letak props maupun makanan. Inilah yang biasanya terjadi selama proses pemotretan. Setting yang telah kita persiapkan sebelumnya, terkadang perlu ditata kembali saat kita melihatnya dibalik kamera, hingga sesuai dengan harapan kita.
DISUNTING DARI ::http://vsamperuru.multiply.com/journal/item/2/food_styling_Memotret_Banyak_Objek_Dalam_Satu_Frame